Richard merasa kalut. Pikirannya menerawang kemana-mana. Selama semalaman, ia tidak bisa berkonsentrasi sama sekali.
Gadis itulah yang telah mengganggu pikirannya. Gadis yang pertama kali dilihatnya di pinggir jalan. Gadis itulah yang selalu menari-nari di pikirannya, hingga saat ini.
Dan gadis yang satu lagi. Gadis yang amat cantik. Gadis yang menjadi pujaan seluruh pria di sekolahnya.
Cathy.
Richard tidak bisa bilang bahwa ia tidak beruntung telah memiliki Cathy. Gadis itu secantik bidadari. Dari semua gadis yang pernah dilihatnya, ia rasa Cathylah yang paling cantik. Semua laki-laki menginginkannya. Semua.
Tapi bukan dirinya.
Gadis itulah yang paling ia inginkan.
Richard mengingat pertemuan pertamanya dengan gadis itu. Dalam perjalanannya menuju ke sekolah, ia melihat gadis itu dari kaca samping mobil ayahnya. Seorang gadis yang mengenakan seragam dari sekolah yang sama dengannya. Seorang gadis muda yang cukup menarik perhatiannya.
Gadis itu tampak begitu riang. Gadis itu tersenyum. Bukan tersenyum padanya. Gadis itu hanya tersenyum pada kucing jalanan berbulu hitam yang hampir saja membuat kakinya tersandung. Richard memandangi gadis itu sekali lagi dari kaca jendela belakang ketika mobilnya sudah bergerak semakin menjauh dari gadis itu, hingga akhirnya gadis itu menghilang di balik tikungan. Ia memang tidak bisa memandangnya lama, tapi hanya butuh waktu sepintas baginya untuk mengingat wajah itu.
Richard menemukan gadis itu lagi di ujung koridor sekolah. Gadis itu sedang bercakap-cakap dengan beberapa orang anak laki-laki, yang secara bergantian menghampirinya dan menyita perhatiannya. Dan tak hanya mereka saja, masih ada beberapa orang lagi yang menunggu giliran untuk mengobrol dengan gadis itu. Semua orang membicarakannya. Mereka membicarakan kehidupannya di sekolahnya yang dulu. Mereka membicarakan tingkahnya yang konyol di kelas pertamanya. Semua menyukainya.
Selama di sekolah, Richard seringkali mencuri pandang ke arah gadis itu, setengah berharap bahwa gadis itu tidak akan melihat balik ke arahnya, meskipun pada kenyataannya gadis itu memang hampir tidak pernah melakukan itu. Mereka tidak pernah berkesempatan untuk berkenalan secara wajar. Takdir selalu membuat mereka berjauhan, entah kenapa. Mereka tidak pernah bisa bertemu. Richard juga tidak berani melakukan inisiatif pertama.
Ia terlalu pengecut.
Dalam suatu kebetulan yang disukainya, Richard akhirnya dapat bertemu dengan gadis itu lagi, seperti sebuah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan. Ia dapat menjadi dekat dengan gadis itu. Berinteraksi dengannya. Berkomunikasi dengannya. Richard menyukai saat gadis itu berbicara dengan suaranya yang lucu dan tawanya yang renyah. Richard menyukai gelagatnya yang unik dan selalu membuatnya penasaran. Richard menyukai saat ia dapat memandangi wajah gadis itu dari jarak dekat. Richard menikmati setiap pesona yang menyihirnya secara ganjil.
Tapi itu tidak dalam waktu yang lama. Gadis itu segera pergi lagi, meninggalkan dirinya yang dipenuhi oleh tanda tanya. Gadis itu membuatnya kecewa. Gadis itu tak memahami perasaannya.
Gadis itu menyakiti perasaannya.
Richard tak mengerti. Richard tak berani untuk mengutarakan. Richard tak berani untuk mendekat. Richard bahkan tak tahu bagaimana cara mendapatkan hati gadis itu. Richard hanya berpikir kalau gadis itu mungkin tak akan pernah menyukainya. Richard kemudian memilih untuk belajar mengubur perasaannya. Ia berharap semoga perasaan itu semakin redup bersamaan dengan berjalannya waktu. Tapi dugaan Richard sangat keliru.
Gadis itu sangat sulit untuk dilupakan.
Semakin Richard berusaha untuk melupakannya, semakin kuat keinginannya untuk mengingatnya kembali. Tingkah lakunya yang jenaka selalu berhasil membuat Richard mengenyahkan keinginan itu, melupakan itu jauh-jauh dari pikirannya. Jika gadis itu di dekatnya, rasanya segala kesedihan dan beban hidupnya telah terangkat. Keberadaannya membuat aura kehidupannya kembali bergelora. Gadis itu adalah magnet bagi keceriaannya. Tapi satu hal yang pasti—gadis itu tidak pernah tergapai.
Seluruh perasaan ini sangat menyiksanya. Selama berbulan-bulan Richard mencoba meyakinkan perasaannya sendiri. Menyiksa diri dengan impian-impian dan terlarut dalam angan-angan yang diciptakannya sendiri. Ingin sekali ia menenggelamkan dirinya di tengah lautan, membekukan hatinya, semata-mata hanya untuk menghilangkan perasaan itu dari dirinya.
Semua keinginan ini telah membuatnya melakukan kesalahan. Kehilangan logika yang menjadi kekuatannya. Melakukan sebuah kebodohan yang menyakiti dirinya sendiri. Melakukan kepura-puraan yang akhirnya menyakiti hati orang lain, gadis lain yang mencintainya. Dan sekarang, ia menyadari ternyata selama ini ia hanya memimpikan harapan semu. Harapan semu yang telah membuatnya kehilangan segalanya.
Sebuah kebodohan yang dimulai dari rasa takut untuk kehilangan.
Richard mengambil sehelai kertas dan ballpoint hitam milik ayahnya yang berada di laci. Richard sebenarnya tidak cukup tertarik pada sastra, tapi entah mengapa menurutnya saat ini lebih mudah untuk melarikan diri dari segala kepenatan ini dengan menyatakannya dalam sebuah puisi.
Sebuah puisi lagi—puisi kerinduan.
I wish I was in fairy tale
Lived myself in a happy ending story
Caught her fascinating smile
without feeling any guilty
Sekarang, semuanya telah berakhir.
Pendekkkk banget bab yg ini. Tp very touchingggg : D
Hehe.. 😀
Loh, kok pendek kak? 😮 Tapi greget bacanya kak! (penasaran sama ‘gadis itu’)
Poor Richard~
Keep Writing kak! Dan next nya tolong banyakin Julie-Richard nya dong! hihi 😉
Kelanjutannya sudah bisa dibaca, ya 😀
Selamat membaca! 😉
lebih cepat lg post nya kak, gak sabaran. kangen julie í ½í¸¢
Sudah ku-posting ya 😀
Selamat membaca! 😉
No, Richard. Semuanya baru saja dimulai. 😊
Update terbaru sudah muncul ya Farha 😀
Selamat membaca! 😉
Mau kelanjutan bab selanjutnya lagi kak
Sudah muncul ya Alda
Selamat membaca! 😉
Wah.. Keren bgt kak.. gak sabar nunggu part selanjutnya…
Ceritanya pendek, tp berkesan banget.
Baru tau trnyata yg naksir duluan richard.
Aku paling seneng, klau ada cowok pujaan pr cewek trnyata diam diam jg naksir sm cewek ceroboh dan riang ky julie, berasa cerita jd lbh hdup.
Di part ini, aku jg bisa ngerasain apa yg dipikiran richard slama ini, jd nggk melulu khidupan julie trus yg diceritain.
Kasian richard…. Slama ini trnyata trsiksa batin ngadepin julie hiks…hiks…
Nah, part slanjutnya richard julie sekelas ya ya ya, pst seru hehehe…
Akhirnya ky ny bulan ini mulai 2x lg dalam sebulan ceritanya dimuat.. Thanks ya….
Semangat nulisnya, keren ceritanya. Siipp 4jempol dh hihihi…
Iya, sepertinya sekarang sudah bisa konsisten 2 minggu sekali 😀
Update terbaru sudah muncul yaa Mala
Selamat membaca! 😉
wah mengharukan :” Richard kalau julie menyia-nyiakanmu, sini sama aku saja :’D
Chapter terbaru sudah muncul ya Annisa 😀
Selamat membaca! 😉
Ping-balik: Daftar Isi | Friday's Spot
awal yg baru…
cihuyy
Update yang terbaru sudah muncul yaa Zhu
Selamat membaca! 😉
Ping-balik: Daftar Isi | Friday's Spot
Ping-balik: Daftar Isi | Friday's Spot
aku baru buka blog ini lagi dan udh ada 2 update-an terbaru…
aduhh…jangan bilang richard nyerah…y udh deh aku mau baca nest chapternya..
Next updatenya sudah muncul, yaa
Selamat membaca! 😉
aaaahh richard why u so sweet…be brave boy..
Hehe.. Update berikutnya sudah muncul ya naa
Selamat membaca! 😉
Ping-balik: 17 – Yang Sebenarnya (4) | Naya Corath
Baru buka blog ini dan penasaran kenapa cepat sekali plot ceritanya.
Cepat ya? Kukira lama.. hehe
Yang baca mungkin udah pada jamuran nungguin kelanjutannya.. 😛